Rabu, 23 Februari 2011

Apa Itu Fotografi ????

Apa Itu Fotografi ???? dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain berarti “menulis atau melukis dengan cahaya”. Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang berarti tulisan.

Senin, 21 Februari 2011

Mengenal ISO

ISO pada fotografi digital, bagi saya, lebih dipahami sebagai kemampuan teknologi sensor untuk menangkap cahaya. Semakin tinggi nilai ISO, semakin besar pula cahaya yang dapat ditangkap oleh sensor. Namun, kekurangannya adalah timbulnya noise seiring bertambahnya nilai ISO yang disetting. Noise ini tampak seperti bintik - bintik butiran kecil yang bersebaran pada foto.

Mengenal Shutter Speed atau Kecepatan Rana

a.k.a Kecepatan Rana dalam bahasa indonesia. Shutter adalah semacam layer yang menutup sensor  Pada waktu kita men-jepret, Shutter ini akan terbuka selama bbrp waktu sehingga sensor bisa merekam cahaya yang masuk melalui lensa. Durasi pembukaan shutter inilah yang dikenal sebagai Shutter Speed  Logikanya  semakin lama shutter dibuka akan semakin banyak cahaya yang masuk. Dan sebaliknya semakin cepat shutter dibuka maka makin sedikit cahaya yang terekam.

Satuannya detik. Satuannya lebih mudah dipahami ketimbang satuan Aperture. Untuk mengurangi banyaknya cahaya yang masuk menjadi setengah sebelumnya (-1 stop ), waktu Shutter Speed tinggal di bagi 2. Dan sebaliknya , untuk menambah cahaya menjadi 2x sebelumnya ( +1 stop ) tinggal di kalikan 2. Pada kamera Nikon D50, nilai Shutter Speed yang dapat digunakan pada kamera adalah 60, 32, 16, 8, 4, 2, 1s, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, 1/2000, 1/4000. 1/4000. Range nilai Shutter Speed pada kamera tipe/merk lain kurang lebih sama. Pada beberapa kamera pro, kecepatannya bisa sampai 1/8000s. Cukup cepat untuk memotret peluru yang melesat !!

Slow Shutter Speed


Teknis dengan menggunakan shutter speed yang rendah ( nilai besar ). Biasa digunakan pada kondisi kurang cahaya, shutter dibuka lebiiih lama agar kamera dapat mengumpulkan cukup cahaya untuk menghasilkan gambar yg kita inginkan. Jika kita memotret suatu scene dengan beberapa obyek yang bergerak, akan menghasilkan sebuah efek baru yang keren.

Misal memotret lalu lintas di malam hari menimbulkan efek “jalur cahaya” / lightrail  Lampu dari mobil2 yang berseliweran direkam dalam sensor .


Foto by ^sean, on Flickr


Slow speed juga bisa menimbulkan kesan dinamis pada foto kita. Seperti pada foto air dibawah. Foto ini aga tricky karena diambil pada siang hari dimana masih banyak cahaya. Triknya adalah kita mengurangi cahaya yang masuk ke sensor dengan memasangkan sebuah atau beberapa (stack) filter ND ( Neutral Density ). Filter ini akan mengurangi cahaya bberapa kali dari semula ( tergantung level filter ND ) sehingga kondisi banyak cahaya pun akan tampak seperti malam.
 

Foto by jurvetson, on Flickr


Atau yang lebih extreem dengan menggunakan mode BULB dimana shutter akan tetap dibuka selama kita menekan tombol shutter. Biasanya cuman ada di kamera DSLR ( beli beli hehehe ). Di malam yang gelap sekalipun, kita tetap bisa menangkap momen yang ada, seperti merekam lintasan bintang-bintang di langit. Foto dibawah ini diambil dengan shutter speed = 16 menit.


Foto by stignygaard, on Flickr

Slow Shutter Speed dan Tripod


Tripod adalah suatu yg mutlak dibutuhkan jika kita ingin berexperimen dengan foto-foto slow speed. Alasannya karena kamera harus ditopang oleh obyek lain selama shutter terbuka. Jika tidak, maka foto yang dihasilkan akan blur karena kamera goyang geser kesana kemari. Manusia normal ga akan kuat berdiri diam memegangi kamera selama bbrp sec tanpa goyang. Kecuali ente manusia robot yang bisa meng-hibernate diri sendiri :p . Well, tidak harus tripod sih .. obyek lain seperti karung pasir juga bisa  Yang penting cukup solid untuk menahan kamera selama shutter terbuka. Okeh ?


High Shutter Speed

Ini teknik menghasilkan foto dengan kecepatan shutter yang tinggi (nilai rendah). Kalau yang ini tidak perlu tripod. Cukup dipegang manual oleh kita dan foto yang dihasilkan dijamin tokcer. Teknik ini berguna untuk menangkap sebuah momen yang terjadi. Memberhentikannya tepat di posisi yang kita inginkan. Biasanya digunakan untuk sport, satwa.


Foto by Thomas Hawk, on Flickr

Atau dengan menambahkan sensor suara kita bisa menangkap momen ketika balon meletus.


Foto by ttstam, on Flickr

Normal Speed


hehehe ini mah karangan saya sendiri. Maksudnya speed shutter yang biasa digunakan sehari-hari. Di fotografi ada sebuah aturan yang menyatakan bahwa shutter speed ideal untuk menghasilkan gambar yang tajam (tidak blur) adalah minimal sama dengan panjang Fokal dari lensa yang kita gunakan. Misal, kita hendak memotret sebuah obyek dengan panjang Fokal 200mm maka shutter speed yang idealnya adalah 1/200sec. Untuk DSLR dengan crop factor 1,5x (Nikon) maka panjang fokalnya harus dikalikan 1,5 dulu..berarti minimal shutter speed adalah 1/300sec !! Setting shutter speed 1/300sec mudah didapatkan pada siang hari  Malam hari ? jangan harap .. Jadi pinter-pinter lah mencari sikon dan paham setting kamera agar kita mendapatkan shutter speed yang ideal . Itu aja sih intinya .. biar foto yg dihasilkan tidak blur ..

Eh foto blur tidak selalu jelek lho .. tajam juga tidak selalu bagus. Tergantung anda bos !! sang fotografernya. Jika kebetulan ada ingin meng-invoke sebuah “ketidakjelasan” lewat sebuah foto yg blur .. ya monggo !! asal penikmat foto juga mengerti maksud anda .. ya beres !! Itulah asyiknya fotografi.. UNLIMITED !!!. Tapi untuk kondisi normal kan biasanya orang prefer foto yang tajam dan tidak blur tho ? ya tho ?

Kaitan dengan Exposure


Seperti yang sudah saya ulas sebelumnya di Belajar Mengenar Aperture, exposure adalah kemampuan kamera untuk mengumpulkan cahaya yang masuk. Cahaya ini makanannya kamera .. Terlalu banyak foto yang dihasilkan akan terang benderang , terlalu dikit akan kegelapan. Pada umumnya, kita prefer yang tengah-tengah saja. Shutter Speed adalah salah satu dari 3 elemen penentu exposure. Lainnya adalah Aperture ( baca artikel sebelumnya ) dan ISO / ASA. Aperture dan ISO-pun juga bisa di atur dalam kamera, menentukan banyaknya cahaya yang masuk ke kamera.

Misal kita ingin menangkap momen sebuah artis rocker yang sedang manggung pada malam hari. Namanya rocker suka jingkrak-jingkrak, nah kita ingin menangkap ketika dia lagi jingkrak :). Karena malam hari, kamera kekurangan cahaya untuk merekam momen itu. Hemat saya, minimal speed 1/500sec lah.. Untuk mencapai speed sekian kita bisa merubah settingan 2 elemen lain yaitu Aperture dan ISO. Aperture, kita setting nilainya sekecil mungkin (bukaan besar) dan ISO sebesar mungkin. Berdoaaa dan bersyukur agar dapat speed yang kita inginkan. Jika tidak, cari sudut lain yg mungkin memberikan banyak cahaya lebih.. atau ganti kamera / lensa. Kameran / Lensa-lensa profesional dengan Aperture besar biasanya akan menguras kocek anda daleeeeeeem :) . Dibilangin cahaya itu penting …hehehehe

Akhir Kata

Forget the rulez .. :) .. explore aja kemampuan dari kamera teman-teman sekalian ! Gali inspirasi dari pengetahuan yang sudah ada. Bikin aturan baru .. banyaaak sekali kesempatan untuk berkreatif disini . Learn it and you’ll be better .. :)

Note : foto-foto diatas bukan punya saya jee .. Itu dicomot dari Flickr. Bukan nyolong kok.. emang lisensinya membolehkan . Sekedar utk tutorial saja .. kredit foto untuk fotografernya langsung aja ya, klik foto untuk membuka link di Flickr

Dikutip dari http://tukangmoto.wordpress.com

Selasa, 08 Februari 2011

Mengenal Aperture

Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa . Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa . Perhatikan ilustrasi lensa berikut :


Dari bukaan paling besar ( f/1.4 ) sampai bukaan paling kecil ( f/16 ) atas mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam lensa . Perhatikan bukaan lensa di tengah-tengah ! makin besar nilai f-nya , makin kecil diameter / diafragmanya dan sebaliknya . Notasi pembagi “/” pada nilai f , mgkn untuk mempermudah pemahaman user bahwa semakin besar nilai pembagi (1.4 , 2.8 , … dst ) semakin kecil hasilnya / bukaan lensa . Meski pada Nikon , notasi yang umum digunakan adalah menggunakan F besar dan tanpa pembagi “/” misalnya F1.4 , F2.8 , … dst . Ga usah bingung , cukup ingat-ingat saja angka-angkanya dan ingat ketentuan diatas (tebal) . Di fotografi , memang banyak notasi / istilah yang berbeda antar satu vendor dengan vendor lain . Biasalah .. mgkn urusan marketing :) .


Bagaimana mendapatkan angka-angka seperti itu ? masih ingat rumus matematika untuk menghitung luas sebuah lingkaran ? untuk membagi luas menjadi setengah dari sebelumnya maka harus dibagi dengan akar pangkat 2 ( 1.41421356 ) .

misal ( dibulatkan ) :
Bukaan maksimal = 1
Bukaan 1/2 maksimal = 1 * 1/1.4 = 1/1.4
Bukaan 1/4 maksimal = 1/1.4 * 1/1.4 = 1/2.8
Bukaan 1/8 maksimal = 1/2.8 * 1/1.4 = 1/4.0
Bukaan 1/16 maksimal = 1/4.0 * 1/1.4 = 1/5.6
dst ..

Lalu kita bisa menghitung nilai aperture selanjutnya : f/1.4 , f/2.8 , f/4.0 , f/5.6 , f/8 , f/11 , f/16 , f/22 , f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/2.8 akan membuat cahaya berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah .

Pengurangan banyaknya cahaya masuk menjadi setengahnya dikenal juga sebagai turun 1 stop . Misal perubahan dari f/5.6 ke f/8 adalah turun 1 stop dan f/5.6 ke f/11 adalah turun 2 stop . Pada arah sebaliknya justru akan menambah banyaknya cahaya yang masuk , dikenal juga sebagai menaikan stop . Istilah stop ini lebih sering digunakan dalam fotografi ketimbang bicara angka-angka diatas . “Eh .. ini imagenya aga underexpose , coba naikkan 2 stop !!” , ya kira-kira gitu deh :)

Biasanya pada kamera , pengurangan cahaya menjadi setengah sebelumnya masih dianggap terlalu besar , karena itu untuk kontrol yang lebih presisi ada konfigurasi untuk membagi-bagi nilai aperture menjadi lebih kecil ke 2 atau 3 bagian . Misal untuk setting 3 bagian dimulai dari f/2.8 , maka urutannya menjadi f/2.8 , f/3.2 , f/3.5 , f/5.6 , f/6.3 , f/7.1 , f/8 … dst . Sama halnya diatas , perubahan dari f/3.2 ke f/6.3 adalah turun 1 stop .

Kegunaan , kaitannya dengan exposure

Seperti yang saya bilang diatas , untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa ke sensor kamera . Cahaya adalah unsur penting dalam fotografi . Terlalu banyak cahaya yang lewat akan membuat foto menjadi terlalu terang (overexposure) dan sebaliknya jika terlalu sedikit akan membuat foto menjadi gelap (underexposure) . Konsep mengatur cahaya ini dikenal juga sebagai Exposure . Aperture hanya SALAH SATU dari tiga elemen penting lainya dalam pengaturan exposure yaitu Shutter Speed dan ISO/ASA . Shutter Speed , mengatur durasi waktu untuk merekam cahaya . Semakin lama durasinya semakin banyak cahaya yang direkam dan sebaliknya . ISO / ASA adalah tingkat sensitivitas pada sensor / film dalam merekam cahaya . Semakin tinggi nilai ISO , semakin banyak cahaya yang dapat terekam oleh sensor .

Saya akan coba membahas dua elemen lainya pada kesempatan berikutnya . Stay Tuned !!!

Atau udah ga sabar ?? ya udah cek link ini aja .. analogi exposure dalam fotografi dengan urusan memasak . Layak disimak http://photospot2004.blogspot.com/2004/07/cooking-and-photography.html

Dicopas http://tukangmoto.wordpress.com/

Jumat, 04 Februari 2011

Terminologi Fotografi

Fotografi A : Singkatan dari auto, yaitu sebuah sandi untuk pilihan fasilitas otomatis. Artinya, bila selector diputar ke posisi ini, bukaan diafragma akan bekerja secara otomatis setelah pemotret memilih suatu kecepatan (shutter speed) atau sebaliknya.

Fotografi AF : singkatan dari auto focus, yaitu cara kerja kamera tanpa mengharuskan pemotret memutar-mutar sendiri penemu fokus(jarak). Sistem ini bekerja setelah pemotret menekan tombol "on" pada perintah fokus.

Fotografi AL servo AF : saran pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2 bergerak. Pilihan yang efektif untuk pemotretan olahraga.

Fotografi Angle of view : Sudut pandang atawa sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek yang akan difoto

Fotografi Aperture diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas film.

Fotografi Aperture priority auto exposure (A) : pencahayaan otomatis prioritas bukaan diafragma. Jika bukaan diafragma disetel terlebih dahaulu, kecepatan rana akan bekerja otomatis.

Fotografi Artificial light : cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya lampu kilat, api, dll.

Fotografi Asa : singkatan dari american standar assosiation. Yaitu standar kepekaan film. Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah amerika. Kecepatannya diukur secara aritmatis.

Fotografi Auto Program Programed Auto (P) : fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan terprogram secara normal dan high speed(kecepatan tinggi), tergantung pada pemakaian panjang-pendek fokus lensa.

Fotografi Auto winder : motor yang berguna untuk memajukan film secara otomatis dan cepat tanpa harus dikokang atawa diengkol terlebih dahulu. Sering digunakan oleh pemotret olahraga atawa yang mengutamakan objek-objek bergerak cepat.

Fotografi Back light : Cahaya dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek. Arah cahaya ini berlawanan dengan posisi kamera. Secara umum efek yang dihasilkan dapat menciptakan siluet; objek foto dikelilingi "rim light" atau cahya yang ada disekitar objek. Efek cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila mengenai lensa akan menimbulkan flare.

Fotografi Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk melakukan penggantian lensa.

Fotografi Birds eye view : Sudut pandang dalam pemotretan yang mirip dengan apa yang diliat seekor burung yang sedang terbang.

Fotografi Blitz : Lampu kilat atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang berfungsi menggantikan peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk menangkap kilatannya diperlukan suatu kecepatan tertentu yang telah disesuaikan (disinkronkan) dengan kamera. Cahaya blitz umumnya bisa ditangkap dengan kecepatan kamera 1/60 detik.

Fotografi Blitzlichtpulver : Cikal bakal lampu kilat. Terbuat dari beberapa campuran bubuk diantaranya magnesium dan potassium chlorade yang dapat memancarkan cahaya bila disulut.

Fotografi Blur : Kekaburan seluruh atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja atau tidak sengaja pada saat pemotretan dan efek besar kecilnya diafragma. Hal ini terjadi misalnya saat melakukan teknik panning atau zooming yang menggunakan kecepatan rendah.

Fotografi Bottom light : Cahaya dari bawah objek, biasa juga disebut ‘base light'. Biasa digunakan sebagai cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi kontras cahaya utama.

Fotografi Bounce Flash : Sinar pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari sumber cahaya (lampu kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah memantulkan pancaran sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai objek pemotretan. Teknik pencahayan ini cocok untuk menghasilkan penyinaran lunak.

Fotografi Bracketing : Suatu teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan kombinasi pencahayaan yang berbeda-beda pada suatu objek (disamping pengukuran pencahayan normal).

Fotografi Built-in diopter : Pengatur dioptri (lensa plus atau minus)yang sudah terpasang pada pembidik kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata.

Fotografi Bulb, B(ulb) bohlam : Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang digunakan untuk memotret objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret, yaitu dengan menekan lalu melepas tekanan pada tombol shutter.

Fotografi C : Singkatan dari continuous,yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya menyatakan penggunaan bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu (umumnya 3 bingkai per detik).

Fotografi Candid camera : foto atau potret yang dibuat dengan cara sembunyi2 sehingga objek foto tidak menyadarinya. Cara ini biasanya menghasilkan foto yang terkesan wajar atau alami.umumnya tidak ada komunikasi antrara pemotret dan objek foto.keberhasilan foto sangat ditentukan oleh kemahiran pemotret mengungkapkan pesannya.oleh Karen itu pemotret harus ekstra tekun, jeli,teliti dan sabar.

Fotografi CCD : singkatan dari charge couple device,yaitu chip pengganti filmyang digunakan pada kamera digital untuk merekam gambar (citra)

Fotografi Center of focus : pusat perhatian. Sering juga disebut center of interest atau focus of interest. Pusat perhatian membuat pesan dan teknis yang ingin disampaikan pemotret tergambar secara fisik pada foto.

Fotografi Center weight : pengukuran pencahayaan yang tertuju hanya pada 60 persen daerah tengah gambar (bidang) foto.

Fotografi Coating : pemberian suatu lapisan tipis pada permukaan lensa.Funsinya menahan pantulan cahaya dan melindungi lensa dari berbagai bahaya, mjsalnya jamur.

Fotografi Cold tone : warna yang bernada dingin; berwarna biru kelabu dengan nada warna ringan.

Fotografi Color balance : keseimbangan warna.

Fotografi Composition : komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian2 sebuah gambar untuk membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak dipandang.

Fotografi Continuous light : lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat menyala terus menerus(berulang-ulang).

Fotografi Contrast : kontras. Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi,kecerahan, atau nada (warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang terang, atau warna putih yang mencolok sekali pada objek.

Fotografi Cropping : pemadatan/pemotongan gambar dalam foto atau sesuatu yang tercetak dengan membuang bagian2 tertentu yang kurang dikehendaki.

Fotografi Density : densitas atau kepekatan dalam fotografi.istilah ini menyatakn tebal-tipis lapisan perak yang melekat pada film. Semakin pekat suatu warna, semakin gelap dan berat warnanya.

Fotografi Depth : kedalaman, yaitu efek dimensional yang timbul karena ada perbedaan ketajaman.

Fotografi Depth of field : bagian yang tampak tajam (tidak buram) dan jelas,yang berada dalam jangkauan tertentu. Biasanya juga disebut sebagai ruang tajam.

Fotografi Diaphragm : diafragma,yaitu lubang pada lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan pemotretan. Lubang lensa ini dibentuk dari kepingan2 logam tipis yang berada didalam atau dibelakang lensa. Bisa diciutkan atau dilebarkan.

Fotografi Distortion : distorsi,yaitu penyimpangan bentuk. Pada fotografi biasa terjadi pada pemotrtan dengan lensa sudut lebar.

Fotografi Fill in Flash : Lampu kilat pengisi. Dalam kondisi pemotretan yang tidak memerlukan lampu kilat,
lampu ini tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian gelap dari objek, misalnya bayangan pada pemotretan diluar ruangan.

Fotografi Film : Media untuk merekam gambar. Gambar dibuat diatas dasar yang fleksibel dan transparan.
Film terdiri dari lapisan tipis yang mengandung emulsi peka cahaya, diatas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi sendiri terdiri dari perak halida, yaitu senyawa yang peka cahaya.

Fotografi Film Frame Counter : Penghitung jumlah bingkai film. Pendeteksi berangka yang menunjukkan jumlah film yang sudah terpakai.

Fotografi Film transparency : Slide warna atau color reversal film, yaitu film positif yang biasa digunakan
untuk keperluan iklan, pers, dll. Tujuannya adalah mendapatkan ketajaman dan warna gambar yang baik.

Fotografi Filter : Penyaring dalam bentuk kaca (atau bahan lain yang tembus cahaya) yang mempunyai ketebalan rata; dipasang pada ujung tabung lensa.

Fotografi Fix Lens : Lensa fix, yaitu lensa yang memiliki panjang fokus (titik api) tunggal, sudut pandangnya tetap.

Fotografi Flash : Lampu kilat, yaitu jenis lampu buatan yang mampu menyediakan cahaya yang bisa dikendalikan.

Fotografi Flash exposure compensation : Kompensasi pencahayaan lampu kilat, yaitu cara membuat alternatif pencahayaan lebih atau kurang dengan menggunakan lampu kilat.

Fotografi Focus ring : Titik api atau pertemuan berkas sinar/cahaya melalui lensa setelah berbias atau dipantulkan.

Fotografi FPS : singkatan dari frame persecond, yaitu satuan pengambilan gambar dalam gambar per detik.

Fotografi GN : Singkatan dari guide number, yaitu kekuatan daya pancar cahaya lampu kilat yang merupakan perkalian antara jarak (dalm meter taau feet) dan diafragma.

Fotografi High angle : pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari objek foto.

Fotografi High-Key photo : sebutan untuk suatu foto yang didominasi nuansa putih.

Fotografi High light : bagian-bagian yang terang pada sebuah foto karena pantulan sinar.

Fotografi Honeycomb : Perangkat atau alat tambahan berbentuk seperti sarang tawon.

Fotografi Hot shoe : sepatu panas. terdapat pada bagian atas kamera, berfungsi untuk memasang lampu kilat elektronik.

Fotografi Image : gambar yang terbentuk pada film atau pada tirai pengamat.

Fotografi Incident light metering : Pengukuran cahaya jatuh, yaitu mengukur kuat cahaya yang menerangi objek.

Fotografi Infinity : jarak tak terhingga dengan tanda pada skala jarak.

Fotografi Infrared : inframerah, yaitu sinar merah diluar spektrum.

Fotografi ISO : singkatan dari international standart organization, yaitu badan yang berwenang memberikan standar untuk kategori film yang digunakan didunia fotografi.

Fotografi JIS : singkatan dari japan industrial standart, yaitu ukuran kepekaan film, seperti asa digunakan di Jepang.

Fotografi Lens : Lensa, yaitu alat yang terdiri dari beberapa cermin yang mengubah benda menjadi bayangan yang bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata.

Fotografi Lens Hood : Tudung lensa yang digunakan untuk menutupi elemen lensa terdepan dari cahaya yang masuk secara frontal. Cahya seperti ini akan menimbulkan efek flare (bintik cahaya putih) pada foto.

Fotografi Light contrast : Kontras cahaya, yaitu tingkat kepekaan cahaya yang dihasilkan oleh suatu sumber cahaya. Hal yang paling mempengaruhi kontras cahaya adalah besar kecilnya sumber cahya.

Fotografi Light meter : Pengukur kekuatan sinar. Biasa dipakai dalam pemotretan untuk menentukan besar diafragma atau kecepatan pada suatu kondisi pencahayaan.

Fotografi Long Shot : Sudut pandang yang lebar yang memberi perhatian lebih pada objek pemotretan dengan cara memisahkannya dari latar belakang yang mungkin mengganggu.

Fotografi Low angle : Pandangan rendah, yaitu sudut pandang dalam pemotretan dengan kedudukan pemotret lebih rendah dari objek pemotretan. Menghasilkan gambar seolah-olah objek lebih tinggi dari aslinya.

Fotografi LT : Long time Exposure, sama dengan pencahayaan panjang misalnya 2 detik atau lebih.

Fotografi Macro : Makro. Pengertian makro dalam fotografi adalah saran untuk pemotretan jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman objek(pada film) yang sama besar dengan objek aslinya (1:1), atau paling tidak setengah besar objek aslinya (1:2). Namun, lensa zoom yang mempunyai fasilitas menghasilkan rekaman objek seperempat besar benda aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.

Macro Lens : Lensa makro, yaitu lensa yang digunakan untuk memotret objek berukuran kecil atau pemotretan jarak dekat (mendekatkan objek). Umumnya dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan minim distorsi.

Fotografi Magnification : Pembesaran. Diukur dari gambar film dengan perbandingan ukuran asli objek.

Fotografi Main light : Sinar utama dalam pemotretan yang biasanya berasal dari depan objek. Biasanya digunakan untuk memunculkan bentuk atau wajah objek.

Fotografi Medium format camera : Kamera format medium, yaitu jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai keunggulan dalam pembesaran cetakan.

Fotografi Medium shoot : Pandangan yang lebih mengarah kepada suatu tema pokok dengan latar belakang yang agak dihindari. Bisa digunakan untuk pemotretan berobjek orang, kira2 sebatas pinggul keatas.

Fotografi Metering : Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori : center weight, evaluative/matrix dan spot

Fotografi Metering center weight : Pola pengukuran cahaya menggunakan 60 persen daerah tengah gambar

Fotografi Metering matrix : Pola pengukuran cahaya berdasarkan segmen-segmen dan persentase tertentu

Fotografi Metering spot : Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.

Fotografi MF : singkatan dari manual focus, yaitu cara penajaman atau pemfokusan yang dilakukan secara manual.

Fotografi Microphotography : Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil, dengan bantuan mikroskop.

Fotografi Monopod : sandaran atau penyangga kamera berkaki satu. Berfungsi membantu menahan kegoyangan. Sering pula disebut "unipod"

Fotografi ND Filter : Filter ND, yaitu filter yang berfungsi menurunkan kekuatan sinar sebanyak 2 sampai 8 kali.

Fotografi Nebula Filter : Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.

Fotografi Non-reflex camera : kamera non refleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya adalah kamera kompak atau kamera langsung jadi (Polaroid)

Fotografi Normal lens : Lensa berukuran normal berfokus panjang, 50 mm atau 55 mm, untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandangnya sama dengan sudut pandang mata manusia.

Fotografi Obscura : Cikal bakal kamera zaman sekarang. Prinsipnya dalam sebuah kamar gelap yang tertutup lubang (pin hole). Jika kamera obscura dihadapkan ke benda yang diterangi cahaya, sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut akan tampak pada dinding yang berhadapan dengan lubang.

Fotografi Optical Sharpness : ketajaman optis, yaitu suatu ketajaman yang dapat dicapai karena lensa berkualitas baik.

Fotografi Optik : berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb)

Fotografi Overexposure : kelebihan pencahayaan. Bagian shadow tampak pekat (tanpa detail) sehingga negative tampak hitam total. Bila kepekatan bagian ini melampaui batas, hasil cetak foto akan menjadi abu2; bagian high akan menjadi putih.

Fotografi Overhead lighting : sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari atas.

Fotografi Override : Penyimpangan dari pengaturan otomatis. Tujuannya agar pemotret dapat mengatur kamera secara manual.

Fotografi POLARIZING COLOR FILTER :Filter yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.

Fotografi POLARIZING CONVERSION FILTER :Filter terdiri dari selembar polarisator dengan filter konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan untuk jenis kamera kine, sehingga memungkinkan film tungsten digunakan untuk cerah hari dan mempunyai efek seperti filter polarisasi.

Fotografi POLARIZING FIDER FILTER :Filter yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan memutar gelang filter.

Fotografi POLARIZING CIRCULAR FILTER :Filter yang dibuat dari lembaran polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di antara dua gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk kamera kine.

Fotografi POLARIZING FILTER :Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain dapat diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan refleksi, menambah saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.

Fotografi POP UP FLASH :Lampu kilat kecil terbuat atau menyatu dengan kamera.

Fotografi RAINBOW FANTASY FILTER :Filter dengan inti bulatan normal dan sisanya berisi prisma. Tiap-tiap berkas sinar akan bertepi pelangi.

Fotografi RANA :Adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar kecilnya dapat diatur sesuai kebutuhan.

Fotografi RANA CELAH :Rana celah vertical dan horizontal dan terletak pada kamera. Yang vertial menutup secara vertikal dan yang horizontal menutup secara horizontal.

Fotografi RANA PUSAT :Rana yang terletak pada lensa, berdampingan dengan diafragma. Menutupnya dengan cara memusat.

Fotografi RELEASE CABLE :Kabel penghubung dengan shutter sehingga memungkin pemotret menekan shutter dari jarak beberapa meter dari kamera.

Fotografi RELOADABLE TO LAST FRAMER :Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah posisi terakhir yang terpakai.

Fotografi REMBRANDT LIGHTING :Cahaya yang berasal dari jendela atau sering juga disebut window lighting. Cahaya yang datang dari sudut 45 derajat. Pencahayaan tersebut berasal dari nama pelukis Belanda Rembrandt.

Fotografi REMOTE :Alat yang memungkinkan fotografer melakukan penekanan shutter dari jarak jauh dengan penghubung arus tanpa kabel.

Fotografi RESOLUTION :D aya pisah. Suatu sifat lensa yang berdaya urai dengan kemampuan menyajikan detail kehalusan gambar sesudah film dikembangkan (diproses).

Fotografi RETINA :Selaput peka sinar dari mata atau salah satu merek kamera keluaran kamera.

Fotografi RETOUCH :Mengubah, sifatnya memperbaiki atau menambah warna dengan menggunakan tangan atau kuas, atau juga pada masa ini dengan komputer seperti melukis sehingga menghasilkan gambar yang baik dan tanpa cacat seperti sebelumnya.

Fotografi REVERSE ADAPTER :Suatu alat penyambung yang digunakan untuk memotret saat menggunakan lensa kamera yang dibalik sehingga elemen belakang lensa menghadap ke objek. Dengan alat ini menjadikan kita dapat menggunakan lensa biasa untuk membuat pemotretan makro dengan hasil yang cukup baik.

Fotografi SECOND CURTAIN SYNC :Fasilitas untuk menyalakan lampu-kilat sesaat sebelum rana menutup.

Fotografi SELF ADJUSTING :P enyesuaian (diri).

Fotografi SELF TIMER :P enangguh waktu. Sebuah tuas yang digunakan untuk keperluan memperlambat membukanya rana kamera sekalipun tombol pelepas kamera telah ditekan. Biasanya digunakan untuk memotret diri sendiri. Penangguhan waktunya umumnya berkisar 10 detik.

Fotografi SENSE OF DESIGN :P erasaan atas komposisi. Estetika dalam nirmana datar warna.

Fotografi SEPIA TONER :P ewarna coklat/sawo.

Fotografi SEQUENCE :Sekuen. Satu seri dari beberapa jepretan (shot) yang meliputi suatu kejadian yang sama. Setiap jepretan hanya berbeda dalam hitungan detik.

Fotografi SHADE :Teduh, bayangan yang tak berbentuk.

Fotografi SHADOW :Bidang gelap/hitam atau bayangan pada sebuah foto yang berbentuk objek yang membayang.

Fotografi SHAPE :Bidang, suatu bentuk dalam aspek dua dimensi yang terjadi tidak hanya oleh karena adanya kesan garis, baik berupa segi tiga, lingkaran, elips, dll. Namun selain itu bisa juga dibentuk oleh suatu bidang warna karena adanya suatu kesan bentuk tiga dimensi yang mempunyai volume.

Fotografi SHARPNESS :Ketajaman film, yaitu suatu kemampuan film untuk merekam setiap garis dari pandangan yang dipotret dengan ketajaman yang baik. Ketajaman ini ditentukan dengan jumlah garis per milimeter.

Fotografi SIDE LIGHT :Cahaya dari samping, yaitu cahaya yang berasal dari arah samping objek, baik kiri atau kanan dan dapat ditempatkan pada sudut 45 atau 90 derajat. Pencahayaan seperti ini menghasilkan foto dengan efek yang menonjol permukaan atau objek fotonya serta terciptanya kesan tiga dimensional. Umumnya digunakan untuk menampilkan foto-foto yang berkarakter, misalnya foto potret (portrait).

Fotografi SIDE LIGHTING :Sinar dalam pemotretan yang datangnya dari arah samping kanan atau kiri - 90 derajat dihitung dari sudut pandang kamera. Arah datangnya sinar seperti ini akan menghasilkan foto dengan detail dan tekstur dari benda dengan baik. Bayangan yang dihasilkan akan menampakkan bentuk benda dengan lebih menarik dengan separo dari muka terang dan separo lagi gelap.

Fotografi SINGLE LENS REFLECT :Refleks lensa tunggal (RLT), adalah kamera yang memiliki satu lensa untuk membidik yang menggunakan cermin dan prisma. Lensanya berfungsi untuk meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskannya ke film. Apa yang terlihat pada jendela pengamat sama seperti apa yang terjadi pada film atau fotonya.

Fotografi SINGLE POINT READING :Suatu pembacaan pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan hanya pada satu titik atau bagian tertentu yang terpenting dari sebuah objek foto.

Fotografi SINGLE SERVO AUTOFOCUS (S):Sandi saat Anda membidikkan suatu objek dan tombol rana telah tertekan separo, maka jarak antara kamera dengan objek terkunci hingga tombol dilanjutkan ditekan hingga terekam satu bidikan.

Fotografi SKALA :P erbandingan objek utama dengan objek-objek lain dalam gambar.

Fotografi SLAVE UNIT :Mata listrik yang menyalakan lampu-kilat karena pulsa yang dihasilkan oleh menyalanya lampu-kilat lain.

Fotografi SMALL FORMAT CAMERA :Kamera format kecil yaitu kamera jenis SLR (Single Lens Reflect) yang menggunakan film berukuran 35 mm namun fleksibel dan enak dipegang serta ringan. Karena itu kamera seperti ini yang paling banyak digunakan oleh para fotografer. Jenis maupun ukuran filmnya sangat mudah didapat juga proses filmnya terutama bagi yang menggunakan film jenis negatif. Namun kekurangannya, untuk hasil pencetakan besar, maksimal hanya seukuran majalah.

Fotografi SNAPSHOT :Bidikan spontan, tanpa modelnya diatur terlebih dahulu. Cara ini umumnya digunakan untuk membuat foto human interest, sehingga menghasilkan foto yang apa adanya dan tampak alami tak terkesan dibuat-buat.

Fotografi SNOOT :Suatu alat berbentuk kerucut yang berlubang pada ujungnya dan digunakan untuk memperkecil penyebaran cahaya dari lampu kilat studio. Umumnya menghasilkan cahaya yang tampak membulat bila diproyeksikan pada bidang datar.

Fotografi SNOW CROSS, STAR SIX FILTER : Sebuah kaca bening dengan goresan-goresan yang saling bersilangan yang membentuk bintang-bintang berekor enam dari tiap-tiap titik sinar.

Fotografi SOCKET : Lubang tempat memasukkan kabel sinkron yang menghubungkan lampu kilat dengan penutup.

Fotografi SOFT SCREEN (LENS) : Lensa yang berguna untuk menghindari kontras sehingga hasil gambar terkesan seolah-olah agak kabur dengan sisi-sisi yang tak tampak ketegasan batasnya.

Fotografi SOFT FOCUS LENS : Lensa yang berdaya lukis lembut.

Fotografi SOFT SPOT FILTER : Filter berciri seperti soft screen namun menghasilkan gambar yang berbeda.

Fotografi SOFT TONE FILTER : Filter yang bertujuan untuk membuat gambar pemandangan lunak tanpa menurunkan ketajaman dan mengubah warna, juga tidak mengubah bentuk. Kontras pun menjadi lembut tanpa mengaburkan pandangan.

Fotografi SOLARISASI : Proses pembuatan foto dengan cara memberi penyinaran dua kali pada kertas foto atau film dan memasukkannya ke dalam larutan pengembang. Di tengah-tengah gambar terbentuk dilakukan penyinaran dengan cahaya putih sekali lagi dan meneruskan pengembangannya.

Fotografi SONAR AUTOFOCUS : Sistem otofokus yang bekerja berdasarkan perjalanan bolak-balik suara sonar - dari kamera ke objek kembali ke kamera.

Fotografi SPECIAL EFFECT : Efek khusus dengan menggunakan teknik tertentu.

Fotografi SPECIAL EFFECT FILTER : Filter (penyaring) spesial efek yang pada dasarnya bukan filter karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.

Fotografi SPECIAL LENS : Lensa spesial yang digunakan secara khusus untuk keperluan khusus. Misalnya fish eye lens (lensa mata ikan - 180 derajat). yang pada dasarnya bukan filter karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.

Fotografi SPECIAL PURPOSE LENS : Lensa tujuan khusus yang didesain dan diciptakan untuk tujuan penghasilan gambar khusus yang biasanya susah dilakukan dengan lensa biasa.

Fotografi SPECIAL FILTER : Sekeping plastik terang berisi ribuan prisma lembut yang mengubah tiap-tiap titik sinar menjadi bintang pelangi dan berkas sinar bertepi pelangi. Sinar yang kuat membentuk bintang dengan berkas-berkas pelangi tebal.

Fotografi SPECTRUM : Berkas sinar yang terlihat oelh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma dalam warna-warni.

Fotografi SPEEDLIGHT : Lampu-kilat yang mempunyai kecepatan menyala tinggi atau cepat.

Fotografi SPEEDO SOLARISASI : Suatu teknik kamar gelap versi lain dari tehnik solarisasi (efek sabattier) pada film ortholith yang akan memberikan suatu efek gerakan yang cepat (speedo).

Fotografi STEREO CAMERA : Kamera berlensa dua yang menghasilkan dua foto sekaligus. Dua foto itu harus diamati dengan alat bantu atau stereo-viewer untuk mendapatkan efek kedalaman seperti saat difoto.

Fotografi STILL LIFE : Berarti lukisan atau pemotretan benda mati. Fotografi yang khusus menempatkan benda-benda kecil buatan manusia sebagai objeknya.

Fotografi STOP : Satuan yang menunjukkan pergeseran nilai bukaan diafragma atau kecepatan rana dari suatu nilai ke nilai yang lain, naik atau turun. Misalnya dari diafragma f:16 ke f:22 atau dari kecepatan 1/125 detik ke 1/250 detik.

Fotografi STOP BATH : Cairan penyetop. Larutan penyetop untuk menghentikan atau menahan seketika pengembang (developer) pada film atau kertas foto. Selain berguna untuk menghentikan proses yang terjadi, stop bath juga berfungsi sebagai larutan fixer yang membuat film dan cetakan foto lebih tahan lama.

Fotografi STRIPPING FILM : Film yang dapat dipisahkan dari dasar seluloidnya.

Fotografi STROBO : Lampu dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat.

Fotografi SUBTRACTIVE : Sistem penyusunan balans warna dengan mengurangi unsure warna, suatu kebalikan dari additive atau menambahkan.

Fotografi SUPER WIDE LENS : Lensa bersudut super lebar yang biasa digunakan untuk pemotretan arsitektur, interior, eksterior, pemandangan, dll. Misalnya lensa 15 mm, 17 mm.

Fotografi SYNC CORD TERMINAL : Terminal sinkronisasi lampu-kilat; soket untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu-kilat.

Fotografi SYNC SHUTTER SPEED : Kecepatan rana yang sinkron dengan lampu kilat.

Fotografi SYNCRO :Saklar otomatis. Dengan menggunakan saklar ini pada lampu kilat maka bila ada kilatan cahaya lampu kilat lain akan mengakibatkan menyalanya lampu kilat yang terpasang syncro.

Fotografi TABLE-STAND : Kaki tiga (tripod) kecil. Sandaran kamera yang membantu menahan goyang yang dipakai di atas meja.

Fotografi TEXTURE : Tekstur, sifat permukaan atau sifat bahan., merupakan elemen seni visual yang sangat penting karena mampu memberi kesan "rasa" seperti halus, kasar, mengkilat, dll.

Fotografi TELE CONVERTER : Lensa tambahan yang dipasang di antara lensa asli dan tubuh kamera, yang dapat mengubah lensa normal menjadi tele dan lensa tele menjadi tele panjang. Umumnya kelipatannya dua atau tiga kali jarak fokus lensa asal.

Fotografi TELE LENS : Lensa tele yang digunakan untuk memperbesar objek yang akan difoto. Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek. Khusus untuk pemotretan potret (portrait) penggunaan lensa seperti ini akan menghasilkan perspektif wajah yang mendekati aslinya. Misalnya: lensa 85 mm, lensa 135 mm, lensa 200 mm, dll.

Fotografi TELEPHOTO LENS : Lensa telefoto, lensa yang mempunyai fokus panjang. Pembuatan bayangan (image) pada lensa telefoto lebih pendek bila dibandingkan dengan lensa lain.

Fotografi TELEPHOTO MEDIUM :Telefoto menengah, jenis lensa telefoto yang mempunyai panjang antara 75 - 135 mm.

Fotografi TEST STRIP : Suatu cara untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik (normal) yang dilakukan dengan cara membuat pencahayaan bertingkat pada saat mencetak sebelum mencetak sesungguhnya.
Fotografi TILT HEAD : Kemampuan kepala lampu-kilat untuk dapat diputar. Fungsinya untuk mendapatkan efek pencahayaan yang lembut dengan cara memantulkan terlebih dahulu cahaya yang keluar dari lampu-kilat. Kuatnya cahaya yang jatuh ke objek sangat bergantung pada permukaan pemantul, warna dan jaraknya.
Fotografi TIMER SWITCH : Pengukur waktu yang akan memutuskan aliran listrik pada akhir hitungan yang telah ditentukan.

Fotografi Top Light : Cahaya (dari) atas. Cahaya yang berasal dari atas objek. Biasanya digunakan untuk menerangi bagian atas kepala model yang akan difoto. Arah cahaya juga dapat menampilkan detail benda.

Fotografi Transparan :Tembus pandang ialah permukaan suatu benda yang tidak menghambat pandangan untuk melihat benda di belakangnya. Kaca dan plastik misalnya bersifat tembus pandang.

Fotografi Translusen :Tembus sinar. Namun kita tidak biasa melihat benda yang berada di belakang benda yang translusen tersebut. Misalnya kaca es, kaca buram, kaca susu, plastik suram, dsb.

Transparancy : Transparan, gambar tembus, slide atau film positif.

Fotografi TRIPOD : Kaki-tiga. Suatu alat yang digunakan untuk menyangga kamera yang berbentuk kaki-tiga, yang dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai keinginan (terbatas). Biasa digunakan untuk membantu mengatasi goyang saat melakukan pemotretan yang menggunakan lensa telefoto, atau yang menggunakan kecepatan rendah sehingga kedudukan kameranya tetap stabil dan pemotretan terhindar dari goyang.

Fotografi Tripod Socket : Tempat (ulir) untuk tripod. Suatu bagian di kamera, biasanya berlubang dengan ulir di dalamnya, yang berguna untuk tempat memasang tripod atau kaki-tiga kamera.

Fotografi TTL : Singkatan dari

Fotografi Through the Lens Metering. : Sistem pengukuran cahaya melalui lensa. Biasa juga disebut OTF (Off the Film Metering). Kamera harus terisi film untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Atau dengan cara lain yaitu menggantikannya dengan kertas buram yang diletakkan pada jendela lintas film yang harus menutupi seluruh jendela tersebut. Jika tidak maka akan mendapatkan kalkulasi pengukuran yang salah karena sensor di dalam kamera akan membaca pelat hitam penekan film.

Fotografi Tungsten Film : Film yang khusus diperuntukkan bagi pemotretan yang dilakukan dengan cahaya buatan dengan lampu biasa atau photo-flood, namun juga tetap dapat dipakai untuk pemotretan di bawah cahaya alami.

Fotografi Twin Lens Reflex : Refleks Lensa Kembar. Kamera yang mempunyai dua lensa. Satu lensa berfungsi untuk menangkap objek yang dipantulkan oleh cermin melalui jendela pembidik, satu lensa berfungsi untuk menangkap objek untuk diteruskan ke film. Menggunakan jenis kamera seperti ini harus ekstra hati-hati karena sering terjadi kesalahan yang disebut paralaks pada pemotretan jarak dekat.

Fotografi VARIO FOCAL LENS : Lensa zoom. Lensa yang mempunyai panjang focus yang dapat diubah-ubah atau dapat bergeser. Misalnya: lensa 20-35 mm, lensa 35-70 mm, lensa 80-200 mm, dsb.

Fotografi VARIO LENS : Lensa vario atau sering disebut sebagai lensa zoom. Yaitu sebuah lensa yang memiliki jangkauan panjang focus yang bervariasi atau dapat diubah-ubah. Dengan demikian memudahkan pemotret memilih berbagai ruang pandang hanya dengan menarik-ulur lensa atau memutarnya.

Fotografi VERTICAL GRIP : Alat pelepas rana untuk pengambilan gambar secara vertikal tanpa harus memutar tangan.

Fotografi VIEW CAMERA : Kamera yang menggunakan film format besar dan digunakan untuk keperluan pemotretan yang memerlukan detail tajam pada pencetakan hasil foto yang besar-besar umumnya digunakan di dalam studio untuk pemotretan still life karena dapat menyempurnakan perspektif serta menambah ruang tajam. Detail gambar dapat ditampilkan secara sempurna.

Fotografi VIEW FINDER : Jendela bidik. Bagian dari kamera yang berfungsi sebagai tempat mata melihat bayangan benda yang akan diabadikan.

Fotografi WAIST LEVEL FINDER : Pembidik sebatas pinggang.

Fotografi WARM TONE : Bernada warna hangat. Suatu warna yang terasakan tidak terlampau menyilaukan mata, atau berwarna ke arah cokelat gelap ke arah hitam pekat.

Fotografi WATT / SECOND (W/S) : Satuan daya pada lampu kilat studio yang dibedakan dengan lampu kilat portable yang menggunakan GN. Tidak ada rumusan relevansi antara W/S dan GN, tapi 100 W/S hampir sebanding dengan GN = 30.

Fotografi WIDE ANGLE LENS : Lensa sudut lebar, misalnya lensa 20 mm atau 24 mm. Jenis lensa dengan tubuh pendek yang biasa digunakan untuk memotret sebuah panorama luas atau untuk pemotretan sejumlah besar orang. Lensa ini menampakkan gambar yang lebih kecil.

Fotografi WIDE SHOT : Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya merupakan satu jepretan panjang diawal suatu sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan penonton pada adegan berikutnya pada gambar hidup (movie).
Fotografi WIRELESS TTL : Sistem pengukuran lewat lensa tanpa melalui kabel.

Fotografi WORM EYE : Pandangan cacing. Berarti memotret dari sudut pandang permukaan tanah. Hasilnya adalah rekaman foto dengan kesan tinggi yang ekstrim, hasil gambarnya pun unik karena sudut pandang seperti itu.

Fotografi ZONE SYSTEM : Suatu cara untuk menghasilkan foto dengan tingkat kontras yang dimulai dari nada hitam pekat hingga nada warna putih sekali.

Fotografi ZOOM LENS : Lensa zoom. Jenis lensa yang memiliki elemen yang mampu bergerak hingga membuat panjang fokal bervariasi. Panjang focus dapat diganti-ganti dengan memendekkan atau mengulur tabung lensa.

Fotografi ZOOM-BLUR : Kekaburan gambar yang disebabkan oleh gerakan zoom pada waktu melepas rana kamera.

Fotografi ZOOMING RING :Gelang batas rentang vario pada lensa zoom.
Akhirnya terselesaikan juga kamus ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat, artikel berikutnya dari serial teknik dasar fotografi digital adalah mengenal lebih jauh tentang blitz / flash light

Membersihkan sensor kamera digital sendiri

Masih membahas, karna ada beberapa bacaan yang menawarkan cara yang mungkin bisa di terapkan oleh pembaca....
Berbeda dengan kamera film, kamera digital memiliki satu kekurangan yaitu kemungkinan kotornya sensor. Kotornya sensor ini bisa disebabkan oleh seringnya berganti-ganti lensa saat pemotretan dilapangan yang rentan debu, seringnya mengganti posisi focal length pada lensa zoom, atau memang ada bagian peredam didalam kamera yang rontok/aus dengan sendirinya.

Inti dari masalah kotor ini sebenarnya sederhana, yaitu kita perlu membersihkan sensornya sesekali, sebagaimana servis berkala pada kendaraan bermotor. Sekaligus men-cek apakah bagian-bagian yang berhubungan cukup baik kinerjanya.

Kamera film juga mengalami kotor ini, namun karena film merupakan perekam informasi yang berpindah, otomatis debu yang ada saat itu terbawa dengan filmnya. Jadi debunya tidak terakumulasi ditempat yang sama, meski memakan korban berupa frame foto yang ternoda. Kadang kita berpikir akan lebih baik memakai film yang debunya tidak bertambah sedikit demi sedikit, namun ternyata justru debu yang sesekali ada akan terekam selamanya pada frame tersebut dan pada media film akan lebih sukar untuk merestorasinya. Berbeda dengan file digital yang bisa di-retouch dengan mudah tentunya.

Debu pada sensor digital bisa dibagi menjadi dua : pertama partikel kering diudara yang tertarik akibat listrik statis pada permukaan sensor (debu), dan yang kedua adalah percikan uap/cairan diudara yang memang banyak beredar saat kelembaban tinggi. Untuk debu bisa dibersihkan dengan bantuan blower/jumbo blower yang banyak dijual di toko-toko kamera. Pakailah blower dengan bagian pengarah (nozzle) menyatu dengan dengan bagian pompanya, atau minimal masih terikat erat. Bila ada kemungkinan nozzle (biasa berwarna merah) lepas dari pompanya saat pompa digenggam, segera ganti. Nozzle yang terlempar ke sensor akan mengakibatkan kerusakan sensor dan ini tidak termasuk dalam garansi pabrik maupun toko.

Bila ada blower-brush, yaitu blower dengan kuas di-nozzle-nya, buka terlebih dahulu. Kuas itu terlalu keras untuk digesekkan pada sensor, karena memang bukan ditujukan untuk pemakaian tersebut. Untuk pemakaian aerosol-can/compressed-gas, jauhkan kalengnya dari sensor agar tidak terlalu besar tekanan anginnya. Juga lepaskan nozzle tambahan yang mirip sedotan dari logam itu, karena seringkali copot dan menembak sensornya. Pemakaian compressed-gas ini memang tidak direkomendasikan karena udara dalam kaleng bertekanan tinggi bisa menyebabkan penurunan temperatur mendadak, dan ini tidak baik untuk alat elektronik yang terbuka (transducer).

Beberapa kamera digital modern memiliki kemampuan membersihkan sendiri (self-cleaning) sensornya, ini hanya ditujukan pada kotoran debu. Debu yang tercampur dengan uap air akan menjadi lumpur (mud) dan tidak bisa dibersihkan dengan self-cleaning, blower maupun compressed-gas. Untuk membersihkan bisa dengan bantuan tissue sensor yang biasa dijual ditoko kamera profesional, terutama yang menjual digital back. Digital back adalah magazin kamera format medium atau format besar yang isinya berupa sensor dan rangkaian pendukungnya.

Cara mengelapnya adalah sebagai berikut : pasang tissue pada penjepit (pinset) plastik sehingga seluruh permukaan pinset tertutup tissue. Basahi tissue dengan cairan pembersih, biasanya isopropil alcohol, sehingga terlihat berubah warna namun tidak berlebihan. Berlebihan akan menyebabkan cairan membasahi titik-titik kontak sensor, dan harus dikeringkan agar tidak terjadi hubungan pendek. Buka lensa kamera DSLR, posisikan pada moda exposure Manual, setel kecepatan hingga B (bulb). Pastikan batere kamera terisi penuh dan sehat. Telentangkan kamera sehingga terlihat isi dalamnya, tekan dan tahan tombol release. Saat ini terlihat sensor yang berkilauan. Usapkan tissue pada pinset dari kiri-ke-kanan berkala dari atas-ke-bawah. Tidak boleh digosok maju-mundur karena lumpur yang terhapus jadi kembali. Dalam satu-dua usapan miringkan sedikit pinsetnya agar sensor mengenai bagian tissue yang bersih. Lalukan hingga bersih dari noda sapuan.

Untuk membantu memegang tombol release bisa dengan bantuan kabel remote, dan pastikan tombol penggesernya diaktifkan, jadi bukan cuma ditekan saja. Jangan memakai remote inframera/radio karena posisi kamera yang berubah bisa memutus koneksi dengan remotenya tiba-tiba. Ada beberapa mekanik yang sudah terbiasa/ahli dan hanya menetapkan shutter pada 4-8detik. Jadi benar-benar berisiko tinggi, meski hal ini beralasan untuk memperpanjang umur sensor.

Kamera prosumer dan DSLR dengan pelindung sensor seperti Sigma SD-9, SD-10 tidak bisa dicapai sensornya. Demikian harus dibawa ke pusat servisnya. Digital back justru paling mudah dibersihkan karena sensornya terbuka sehingga pemakaian pinset hampir tidak perlu.

Mengapa harus memakai batere yang penuh dan sehat? karena terbukti pemakaian adaptor tidak menjamin shutter tetap terbuka mengingat listrik rumah bisa mendadak mati. Batere yang tidak sehat juga akan menurunkan tegangan mendadak meski arusnya masih ada, dan itu juga membuat shutter menutup. Bila suatu ketika terjadi penutupan tiba-tiba dan tissue terjepit, segera ganti batere dengan yang sehat dan buka kembali dengan metode diatas. Terjepitnya shutter dalam waktu yang lama akan membuat bilah shutter (shutter blade) melengkung dan penyok. Harus diganti kemudian dan harganya wah.

Perhatikan pinset untuk pemegang tissue berbahan plastik untuk menekan listrik statis pada sensor, dan lebih lentur saat menekan permukaan sensor dibanding pinset logam. Dulu sempat ada pinset kayu/bambu, ini juga baik.

Usahakan selalu men-cek kebersihan sensor secara berkala, karena bila lumpur mengendap terlalu lama, akan menjadi kerak dan sukar dibersihkan meski dilap berulang kali. Kalau sudah begini perlu dibawa ke pusat servis karena cairan pembersihnya berbeda, lebih kuat dibanding pembersih biasa.

Bila tidak mau membersihkan sensor sendiri, kamera bisa dibawa ke pusat servis seperti Alta Nikindo (Nikon), Datascrip (Canon), JPC-kemang, Oktacare dan lain sebagainya. Saya kira semua pusat servis kamera digital SLR mampu melakukannya. Cuma ngga selalu bisa
ditunggu seperti JPC atau lainnya. Karena mereka juga punya antrian servis kadang kita harus menitipkan barang sehari-dua. Pengerjaannya sendiri mudah.

Ada yang menawarkan pembersihan bertahap, bila cuma debu kena sekian rupiah. Bila kurang bersih karena ada lumpurnya, tambah sekian rupiah. Kamera-kamera yang memiliki kemampuan self-cleaning, sudah pasti bebas debu. Yang tersisa adalah lumpur dan kerak. Jadi bila kamera kita cukup modern, pastikan servis yang lengkap. Untuk kamera non-self cleaning gunakan blower.

Kadang kita berpikir sensor bahwa membersihkan sensor tidak memerlukan waktu yang lama, ada benarnya juga meski sebenarnya ada aturan baku agar hasilnya sesuai dengan standar pabriknya. Kemungkinan yang timbul akibat sensor seringdibersihkan adalah, pertama cairan kotoran tidak sepenuhnya terangkat sehingga timbul melesetnya fokus atau warna partial pada daerah tertentu. Bisa ditanggulangi dengan pembersihan ulang. Kedua akibat tekanan telalu keras posisi sensor berubah sehingga kontaknya ada yang terlepas atau bahkan isi sensor berubah. Pernah dengar proses pelepasan anti-aliasing filter untuk diganti inframerah? salahsatu penyebab melesetnya fokus adalah kurang eratnya pemasangan filter inframerah yang kemudian dilap berlebihan. Ini juga bisa ditanggulangi dengan penempatan ulang (re-aligning). Misal kamera kita dibersihkan sensornya dan kemudian secara tidak sengaja berubah setelannya, umumnya pusat servis tidak menyadari hal ini sampai kita mengeluhkannya. Hal ini disebabkan pengetahuan mereka kurang dalam hal pencapaian gambar terbaik, sekedar hanya bisa mengelap. Belum lagi proses penggantian filter inframerah internal, sewajarnya proses pembersihan tidak bisa dilakukan oleh pusat servis lagi karena berbeda. Ini mirip analogi mengubah mesin mobil Toyota untuk keperluan balap jalanraya. Sudah pasti Auto2000 tidak menerima lagi tune-up disana karena isi mesin sudah diacak-acak. Bilamana diterima, itu karena bengkelnya tidak tahu kondisi isinya. Pesan saya, bila ingin berbuat sesuatu dengan sensornya, lakukan dengan resiko sendiri. Jangan setelah gagal kembali ke pusat servisnya.

Kamera dengan kemampuan self-cleaning akan mengumpulkan debu dibawah cermin untuk kemudian dibuang saat dibuka. Hal ini bisa dibersihkan sekaligus saat membersihkan sensor. Sebelum cermin diangkat, semprotkan blower dulu ke rongga hitam tempat cermin berada. Kalau memang debu sudah banyak sekali berada disana dan shutter langsung dibuka, justru debu tadi ikut menempel pada sensor berlistrik statis.

Nanti setelah selesai dibersihkan, ikuti pengujian berikut; pertama potretlah ke arah tembok/dinding yang warnanya cukup rata tanpa menggunakan lensa. Cari setelan exposurenya hingga didapat hasil lumayan terang. Lihat hasilnya di komputer. Bila ada kotoran, kotoran itu cukup besar sehingga terlihat meski tanpa lensa. Hal ini juga untuk menguji meratanya kepekaan sensor akibat tekanan atau usia pemakaian. Bilamana ada daerah yang gelap/vignette, nanti akan dibandingkan dengan kamera saat memakai lensa.

Kedua diulangi hal yang sama dengan lensa terpasang. Tentu saja sistem autofokus harus dialihkan ke manual, karena bila obyeknya fokus, kotoran yang timbul mungkin memang ada ditemboknya. Apakah hasilnya cukup merata? Bila ada vignette bisa disebabkan lensanya. Ulangi pada setelan diafragma berbeda.

Yang ketiga/terakhir, coba memotret resolution-chart, tabel penguji ketajaman yang biasa digunakan untuk menguji lensa. Ingat , tabel ini hanya berfungsi untuk menguji lensa bila sensornya tepat. Kali ini justru untuk menguji sensornya. Pastikan tajam disemua daerah. Sukar ya? kalau begitu biarkan pusat servis yang melakukannya untuk kita deh.

ada beberapa juga yang d tawarkan d fotografer net untuk membersihkan lensa dan sensor... :::

a. Eviteo Wipes Set: tisu pembersih lensa
Satu kotak terdiri dari 10 tisu basah dan 10 tisu pengering.
Cairan di tisu basah adalah cairan pembersih, tisu pengering bersifat menyerap cairan.
Bisa digunakan untuk membersihkan layar LCD, monitor, kacamata.

b. Eviteo Sensor Clean: gel pembersih sensor
Pembersih sensor kamera (CCD, CMOS), memindahkan debu ke gel karet yang berdaya rekat, kemudian debu dipindah ke kertas pembersih (semacam stiker).
Bisa juga untuk membersihkan lensa dan bagian optik lainnya.

Di kutip dari http://alexhartawanflash.multiply.com & http://bursa.fotografer.net

Teknik Foto Bulan

Kita sering sekali melihat berbagai macam foto bulan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dari majalah Astronomi, Kalender, ataupun dari postingan teman-teman sesama pecinta fotografi.

Tetapi tidak banyak yang tau bagaimana komposisi saat pengambilan Objek Bulan, apalagi bagi kita yang baru menggeluti didunia fotografi (newbie).

Bukaan atau Aperture
Didalam foto Bulan kita harus menggunakan bukaan kecil atau nilai besar. Kenapa..?
Logika : Bila suasana langit pada malam hari itu sangat cerah.. Otomatis cahaya bulan-pun sangat terang. Dan bila kita menggunakan bukaan besar atau nilai kecil, cahaya yang masuk kedalam sensor kamera-pun akan terlalu banyak, sehingga jika kita mencoba mengambil objek Bulan pada posisi bukaan lebar, maka hasilnya akan menjadi Over Exposure atau kelebihan cahaya.

Contoh pengambilan Bulan dalam bukaan lebar atau nilai kecil pada tanggal 16 Januari 2011


Shutter Speed
Shutter Speed sangat berpengaruh pada lamanya sensor merekam cahaya yang masuk.
Bila kamera, kita ibaratkan sebuah mata lengkap dengan instrumen-instrumennya, maka Shutter Speed ini boleh kita ibaratkan kelopak mata, yang mana akan mengatur lama atau tidaknya kelopak mata tersebut mengedip. Dan Aparture/Rana/Bukaan Lensa bisa kita ibaratkan pupil pada mata kita. Dan tentunya retina menjadi sensor penangkap cahaya pada mata.
Teori : Jika kita menggunakan Shutter Speed Rendah (Slow Speed), maka hasil foto akan kembali menjadi Over Exposure. Hal itu terjadi diakibatkan lamanya kelopak mata terbuka, sehingga berpengaruh dengan lamanya retina atau sensor dalam merekam cahaya yang mengakibatkan Over Exposure pada hasil foto Bulan tersebut. Sehingga disarankan untuk memakai Shutter Speed Cepat (Range 100 - 125 atau masih dalam kondisi Shutter Speed Cepat)

ISO
Logika : Untuk menghasilkan foto bulan yang tajam dan detil, kita harus memakai ISO terendah.
Semakin besar nilai ISO yang kita pakai, maka akan berpengaruh pada kualitas gambar yang akan dihasilkan / proyeksi kualitas gambar menjadi besar (Noise) dan semakin kecil nilai ISO yang kita gunakan, maka akan semakin padat pula proyeksi kualitas gambar yang kita hasilkan.

Dikarenakan Bulan adalah objek yang mengeluarkan cahaya yang terang. Menjadikan Back Ground objek menjadi hitam pekat sangat dianjurkan agar disaat penikmat foto melihat menjadi lebih fokus ke objek tersebut (Teknik Back Ground) dan itu bisa didapat melaui komposisi teknik pengambilan foto bulan yang tepat.

Berikut hasil foto Bulan dengan komposisi ISO L0.7 (Nikon), S 100, A 10, pada tanggal 18 Januari 2011


Demikian Teknik Foto Bulannya, semoga bermanfaat..
Oleh : Aknal Hartanto http://www.aknal.co.cc

Kamis, 03 Februari 2011

Membersihkan Sensor Kamera DSLR

Kebiasaan mengganti lensa di luar ruangan pada kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) bisa mengakibatkan partikel debu masuk dan menempel pada sensor kamera yang pada akhirnya bisa mempengaruhi hasil foto.
Biasanya kalau sudah begitu, kita akan menyerahkan pembersihan sensor kamera tsb ke pihak service centre. Kalau garansinya masih berlaku sih nggak masalah, tapi kalau sudah nggak berlaku, Anda harus rela merogoh kocek kurang lebih Rp.100 - 200rb.
Nah, berikut ini ada tips untuk membersihkan sendiri kamera DSLR Anda yang saya rangkum dari beberapa tulisan di forum fotografer.net dan sudah saya praktekkan pada Nikon D40, D60, D70, D70s dan D200 saya.
Langkah pertama pastikan dulu apakah memang sensor Anda yg kotor, caranya setting kamera pada:
1. iso 100/200
2. Bukaan diafragma paling sempit
3. Focus manual
4. Titik focus terserah
5. Speed menyesuaikan
Fotokan kamera ke layar monitor yg sudah di set BG putih (buka new file di ps dengan ukuran 800x600 pixel kemudian zoom 100% lalu tekan tab). Hasilnya buka di ps lalu tekan ctrl+l, klik autolevel.
Setelah ketahuan sensor Anda emang kotor, langkah kedua
1. Buka lensa dr body
2. Cari di menu Mirror lock-up lalu start.
(pada Nikon D40 Anda bisa pencet tombol menu, lalu pilih icon yg gambar "kunci pas" (di atasnya retouch menu) cari di bagian bawah ada menu mirror lock up. Kalau nggak ada menu mirror lock up berarti menu mirror lock up tdk ditampilkan waktu ngeset "CSM/Setup menu/my menu". Masuk dulu ke "CSM/Setup menu" pilih "full" trus keluar, cari menu mirror lock up yg di "Setup menu" (bukan yg di dlm CSM/Setup menu), lalu di ON, kemudian akan muncul tulisan "when the shutter button is pressed, the mirror lifts......." baru pencet shutter buttonnya)
3. Cermin akan terbuka jika shutter ditekan .
4. lalu bersihkan pakai blower...posisi blower agak jauh, jgn sampai menyentuh sensor...jgn lupa body menghadap ke bawah. (pastikan pipa blower Anda terpasang rapat, kalau perlu diselotip aja)
5. Setelah yakin bersih...Off-kan kamera...cermin akan menutup lagi
6. Pasang lensa...lalu lakukan tes seperti langkah pertama.
Semoga bisa membantu

Dikutip dari http://m4sdic.multiply.com/

Cara Membersihkan Sendiri Jamur Pada Lensa DSLR Kamu

Sebagai seorang fotografer pasti kita Kesal dengan jamur yang menggelayut di bagian dalam lensa Sekarang saya memberikan tips Cara Mudah Membersihkan Sendiri Jamur Pada Lensa Kamera DSLR . Tidak perlu membuang-buang duit ratusan ribu rupiah, coba dulu tips yang satu ini.

Peralatan yang diperlukan:
1. Obeng minus.
2. Kain lap bersih.
3. Cairan pembersih lensa.
4. Hair dryer.
Perhatikan: pada bagian depan lensa biasanya terdapat ring yang memiliki ceruk. Ceruk ini agaknya dibuat oleh pabrik lensa untuk membantu membongkar-pasang lensa. Dalam kasus ini, lensa yang diservis adalah Nikkor 18-200 VR.



Pertama-tama, ujung obeng dimasukkan ke dalam ceruk ring lensa.  


Untuk menghindari terjadinya goresan, balutlah ujung obeng dengan kain lap (chamois) yang bersih. Selanjutnya, putarlah ring lensa ke arah berlawanan jarum jam.


Lensa pun terbongkar


Semprot permukaan lensa yang berjamur dengan cairan pembersih lensa (bisa didapatkan gratis di toko-toko kacamata, tentunya jika Anda juga berbelanja kacamatanya)


 Keringkan lensa dengan lap (chamois) yang bersih dan kering

 

Sembur lensa dengan angin panas dari hair dryer


Sembur pula kerongkongan bodi lensa dengan hair dryer


Pasang kembali lensa ke bodinya



Kencangkan ring kembali. Dengan obeng yang dibalut lap


Niscaya, kini lensa Anda terbebas dari jamur dan segera dapat dipakai kembali.

Semuanya ini dapat Anda kerjakan sendiri dengan biaya 0 rupiah.
Biaya servis seperti ini bisa mencapai 300-an ribu rupiah di tempat servis biasa, dan bisa mencapai 700-an ribu rupiah di tempat servis yang membawa sertifikat merek lensa (terutama bila garansi lensa sudah habis atau lensanya memang tidak pernah bergaransi resmi).


Nilai plus lain dari cara ini adalah waktu yang dibutuhkan cuma KURANG DARI 15 MENIT..
Selamat mencoba.....



Tips merawat kamera digital SLR

Pada saat kita membeli kamera digital SLR, secara rutin kita menyempatkan diri melakukan perawatan setelah kamera selesai dipergunakan. Hal ini berlangsung hanya beberapa minggu sebelum akhirnya saya disibukkan oleh kegiatan hunting yang terus menerus. Beberapa langkah perawatan kamera terlupakan dan berganti dengan kegiatan mentrasfer foto ke komputer dan proses seleksi/ editing foto. Akibatnya bisa kamera digital  kita satu-satunya mengalami kerusakan termasuk  juga muncul problem lensa kotor dan berjamur. Biaya perbaikan saat itu terbilang cukup mahal, walau sedikit terlambat pengalaman ini menyadarkan saya untuk kembali melakukan kegiatan perawatan kamera secara rutin. Rasa malas adalah musuh utama dalam melakukan perawatan peralatan fotografi. Sebenarnya kegiatan ini tidak memakan banyak waktu, tapi memiliki manfaat jangka panjang yang sangat baik jika terus dilakukan. Perawatan peralatan fotografi mutlak dilakukan  agar dapat menjaga investasi kita sebagai fotografer kedepannya.
 
Berikut beberapa tips untuk merawat kamera digital SLR dan peralatan fotografi lainnya:

1. Merawat lensa.
Lensa merupakan jendela bagi mata untuk melihat dunia luar. Lensa merupakan elemen terpenting untuk dapat menghasilkan gambar yang baik.  Beberapa langkah perawatan lensa  adalah sebagai  berikut:
a. Jangan menyentuh lensa secara langsung dengan jari. Untuk mengurangi kemungkinan ini terjadi, usahakan lens hood selalu terpasang. Lens hood juga akan melindungi bagian depan lensa dari benturan sekaligus mencegah munculnya flare pada cahaya frontal  menuju lensa.
b. Pasang lens cap ketika lensa sedang tidak dipergunakan, hal ini bertujuan mengurangi kemungkinan terpapar dan menempelnya debu pada permukaan lensa.
c. Jika kegiatan membersihkan lensa diperlukan, maka mempergunakan peralatan pembersih yang baik sangat dianjurkan. Selalu pergunakan lens brush, lens blower, lens paper dan lens cloth yang baik.
Berikut beberapa langkah membersihkan lensa:
> Bersihkan bagian depan dan belakang lensa dengan lens blower terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghilangkan partikel debu yang menempel. Jangan langsung membersihkan lensa dengan lens cloth atau lens paper sebab partikel debu yang ikut tergosok akan menyebabkan permukaan coating lensa akan tergores. Hal ini dapat berakibat munculnya gangguan permanen pada hasil foto.
> Beberapa partikel debu yang masih tetap menempel dapat juga dihilangkan dengan bantuan lens brush.
> Selanjutnya usap lensa secara lembut dan perlahan dengan lens cloth/ lens paper kering dengan gerakan memutar dari bagian dalam lensa menuju keluar.
> Jika dibutuhkan, cairan pembersih lensa/ lens cleaning fluid khusus dapat dipergunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran lensa yang agak membandel. Jangan meneteskannya langsung pada lensa, teteskan pada lens paper terlebih dahulu, lalu usap perlahan pada bagian lensa.

2. Merawat kamera.
Kamera merupakan peralatan fotografi kedua yang terpenting, disinilah tempat sensor kamera yang sangat sensitif. 
Berikut beberapa langkah merawat kamera digital:
a. Merawat bagian luar kamera/ casing merupakan bagian yang biasa dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya kotoran ketika akan membersihkan bagian dalamnya. Debu dari luar akan mudah masuk kedalam, apalagi kalau kita sering berganti-ganti lensa.
Bersihkan bagian luar kamera dengan blower terlebih dahulu, untuk beberapa debu yang masih menempel dapat dipergunakan brush.
> Selanjutnya pergunakan lens cloth atau dry cloth yang lembut untuk membersihkan beberapa bagian khusus kamera seperti LCD panel, viewfinder, dan flash hotshoe.
b. Setelah langkah diatas, dilanjutkan dengan merawat bagian dalam kamera. Bagian dalam kamera merupakan letak sensor kamera.
Sebelum membersihkan bagian dalam kamera, pastikan bahwa perawatan ini dilakukan pada ruang yang bersih dengan penerangan yang cukup. Sebaiknya anda juga dalam kondisi yang bersih.
Langkah pertama yaitu membersihkan mirror dengan blower atau blower brush. Kamera dipegang menghadap kebawah dan blower dipompa keatas, tujuannya agar partikel debu yang tertiup dapat turun kebawah mengikuti gravitasi.
> Selanjutnya membersihkan sensor. Untuk dapat melakukannya maka mirror harus di lock up terlebih dahulu. Pada beberapa kamera fitur ini disediakan dengan memilihnya dari menu kamera. Yakinkan baterai dalam kondisi cukup penuh ketika akan melakukan mirror lock up. Dimulai dengan menekan shutter release, maka mirror akan terangkat dan shutter terbuka., Dengan kamera yang dipegang menghadap kebawah (sensor menghadap kebawah), pompa blower  (blower tanpa brush) beberapa kali untuk meniup partikel debu yang mungkin menempel di sensor. Setelah selesai, matikan kamera untuk menyudahi fungsi mirror lock up.
> Jika sensor sangat kotor, anda dapat membersihkannya dengan cleaning kits yang memiliki swab sensor khusus. Dengan alat ini, kita membersihkan sensor secara fisik dengan melakukan swab/ smear pada kotoran yang menempel di sensor. Tindakan ini harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati, jika  tidak yakin sebaiknya serahkan kegiatan membersihkan sensor pada mereka yang profesional.
> NB. Jika tidak merasa yakin untuk melakukan kegiatan membersihkan bagian dalam kamera terutama sensor, sebaiknya serahkan kegiatan perawatan ini pada mereka yang professional. Dibandingkan dengan resiko yang mungkin timbul  seperti kerusakan mirror, shutter, atapun sensor maka mencari bantuan mereka yang professional merupakan pilihan yang bijak.

3. Merawat baterai.
Baterai berfungsi sebagai sumber daya untuk menghidupkan kamera, perawatan yang baik dapat memperpanjang usia pemakaian baterai kamera. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Jangan membiarkan baterai terpapar suhu ekstrim diatas 43 C. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada baterai. Letakkan baterai pada tempat yang sejuk dan kering.
b. Jangan mencharge baterai secara berlebihan, jika charger telah menunjukkan baterai terisi penuh segera cabut.
c. Charge baterai sebelum atau sesudah penyimpanan dalam jangka waktu lama. Dipakai ataupun tidak dipakai baterai akan mengalami proses pelemahan, agar tetap awet maka baterai perlu diisi kembali.
d. Lepaskan baterai dari kamera jika tidak sedang mempergunakannya dalam jangka waktu lama.
f. Jangan mencampur penggunaan baterai lama dan baru, termasuk mempergunakan baterai dengan merek yang berbeda-beda.

4. Merawat memory card dan accessories.
a. Memory card berfungsi sebagai media penyimpan data. Bisa berupa SD/ secure digital, CF/ compact flash, dan sebagainya.  Perlakukan benda-benda ini dengan hati-hati, bentuknya yang kecil membuat mereka mudah sekali rusak. Untuk melindunginya, simpan selalu pada casing nya masing-masing jika sedang tidak dipergunakan.
b. Accesories kamera seperti lens filter, lens hood, flash dan lainnya perlu dirawat untuk tetap menjaga kebersihannya.  Dudukan flash dan kontak baterai flash perlu dibersihkan secara berkala untuk menghindari penumpukkan kotoran.

5. Penyimpanan.
a. Kamera sebaiknya dihindarkan dari temperatur ekstrim yang sangat panas maupun sangat dingin. Hindarkan kamera dari kontak matahari langsung dalam jangka waktu yang lama. Jangan pernah menyimpanya dalam kondisi panas seperti didalam mobil atau dalam kondisi yang sangat dingin.
b. Ketika menyimpan kamera, jauhkan peralatan tersebut dari benda-benda yang memiliki medan magnet kuat. Medan magnet dapat mempengaruhi sirkuit elektronik yang terdapat pada kamera digital.
c. Simpan kamera, lensa dan accessories lain dalam dry box yang memiliki alat pengatur kelembapan jika sedang tidak dpergunakan dalam jangka waktu yang lama. Atau simpan alat-alat tersebut pada suatu wadah khusus dengan disertakan silica gel untuk mengatur kelembapannya.

6. Merawat tas kamera.
Tas kamera merupakan media penyimpanan peralatan fotografi sewaktu berpergian. Dengan demikian perawatannya juga mutlak dilakukan agar mampu melindungi peralatan fotografi yang kita miliki. Tas yang kotor  mengakibatkan peralatan didalamnya menjadi kotor. Berikut beberapa langkah perawatannya:
a. Setelah tas dipergunakan, keluarkan isinya lalu bersihkan bagian dalam dan luarnya. Agar hasilnya maksimal dapat dipergunakan vacum cleaner. Setelah pemotretan outdoor, partikel debu, kotoran dan pasir biasanya banyak terakumulasi sehingga perlu dibersihkan.
b. Cuci tas kamera dalam jangka waktu berkala, terutama setelah tidak dipergunakan untuk jangka waktu yang cukup lama.

Peralatan fotografi digital membutuhkan investasi dana yang tidak sedikit, sehingga perawatan mutlak harus dilakukan secara rutin. Perawatan yang baik akan mempertahankan kondisi perlatan fotografi kita untuk tetap bisa dipergunakan dengan baik, bisa dipergunakan dalam jangka waktu yang lama, dan tentunya dapat mempertahankan harga jualnya kembali. (By Andi Sucirta Editing D. Ozunu)